Selasa, 01 Juni 2010

MEMBANGUN BUDAYA PRESTASI MELALUI ADMINISTRASI PENDIDIKAN YANG EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI

Efektivitas dan efisiensi merupakan indikator dari produktivitas. Efektivitas mengacu kepada pencapaian target secara kuantitas dan kualitas suatu sasaran program. Makin besar persentase target suatu program yang tercapai makin tinggi tingkat efektivitasnya. Efektivitas berkaitan dengan kualitas, sedangkan efisiensi merupakan refleksi hubungan antara output dan input yang bersifat kuantitas. Efisiensi berkaitan dengan besarnya input untuk menghasilkan output dan besarnya tingkat pemborosan. Efektivitas merupakan refleksi kemampuan untuk mempengaruhi terjadinya suatu produk. Keefektivitasan menunjukkan besarnya pengaruh terhadap suatu proses produksi. “Effectiveness=quantityxquality, and if either is zero there is no effectiveness”. (Holzer and Nagel, 1984). Jadi keefektivitan suatu usaha secara implisit mengandung makna kuantitas dan kualitas.

Achmad Sanusi (1988) dalam Sistem Manajemen Pendidikan di Indonesia, efektivitas menekankan kepada relevansi dan adaptabilitas suatu keputusan dalam rencana dan program terhadap dinamika nilai-nilai dalam hubungan interpersonal pegawai serta lingkungan budayanya. Efisiensi diartikan sebagai bentuk upaya untuk mengukur dan menguji secara empiris hubungan antara input dan output. Dari sisi produk efisiensi terjadi apabila biaya yang dikeluarkan minimal dan mendatangkan keuntungan yang sepadan. Efisiensi menunjukkan secara tegas garis pembatas antara sejumlah biaya maksimum untuk membiayai beberapa input secara kuantitas dan proporsional sehingga menghasilkan sejumlah output menurut standar mutu yang telah ditetapkan.
Djam’an Satori (2000) mengemukakan sekolah efektif dalam perspektif manajemen, merupakan proses pemanfaatan seluruh sumber daya sekolah yang dilakukan melalui tindakan yang rasional dan sistematik (mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan tindakan, dan pengendalian) untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien. Selanjutnya jika dilihat dalam perspektif ini, dimensi dan indikator sekolah efektif dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Layanan belajar bagi siswa
Dimensi ini mencakup seluruh kegiatan yang ditujukan untuk menciptakan mutu pengalaman belajar. Yang menjadi indikator mutu layanan adalah :
• Mutu mengajar guru, aspek ini merupakan refleksi dari kinerja profesional guru yang ditunjukan dalam penguasaan bahan ajar, metode dan teknik mengajar untuk mengembangkan interkasi dan suasana belajar mengajar yang menyenangkan, pemanfaatan fasilitas dan sumber belajar, melaksanakan evaluasi hasil belajar. Indikator mutu mengajar dapat pula dilihat dalam dokumen perencanaan mengajar, catatan khusus siswa bermasalah, program pengayaan, analisis tes hasil belajar, dan sistem informasi kemajuan/prestasi belajar siswa.
• Kelancaran layanan belajar mengajar, sesuai dengan jadwal layanan belajar mengajar merupakan “core bussiness” sekolah. Bagaimana kelancaran layanan tersebut, sesuai dengan jadwal yang telah disusun merupakan indikator penting kinerja manajemen sekolah efektif. Adanya gejala “kelas bebas” karena guru tidak masuk kelas atau para siswa tidak belajar disebabkan oleh interupsi rapat sekolah atau kegiatan lainnya, merupakan keadaan yang tidak boleh dianggap wajar.
• Umpan balik yang diterima siswa, Siswa sepatutnya memperoleh umpan balik yang menyangkut mutu pekerjaannya, seperti hasil ulangan, ujian atau tugas-tugas yang telah dilakukannya.
• Layanan keseharian guru terhadap siswa, Untuk kepentingan pengajaran atau hal lainnya, murid memerlukan menemui gurunya untuk berkonsultasi. Kesediaan guru untuk melayani konsultasi siswa sangat penting untuk mengatasi kesulitasn belajar.
• Kepuasan siswa terhadap layanan mengajar guru, siswa merupakan costumer primer di sekolah, dan oleh karenanya mereka sepatutnya mendapatkan kepuasan atas setiap layanan yang ia terima di sekolah.
• Kenyamanan ruang kelas, ruang kelas yang baik memenuhi kriteria ventilasi, tata cahaya, kebersihan, kerapihan, dan keindahan akan membuat para penghuninya merasa nyaman dan aman berada di dalamnya.
• Ketersediaan fasilitas belajar, sekolah memiliki kewajiban menyediakan setiap fasilitas yang mendukung implementasi kurikulum, seperti laboratorium, perpustakaan fasilitas olah raga dan kesenian, dan fasilitas lainnya untuk pengembangan aspek-aspek kepribadian.
• Kesempatan siswa menggunakan berbagai fasilitas sekolah, sesungguhnya sekolah diartikan untuk melayani para siswa yang belajar dan oleh karenanya para siswa hendak diperlukan sebagai pihak yang harus menikmati penggunaan setiap fasilitas yang tersedia di sekolah, seperti fasilitas olah raga, kesenian dalam segala bentuknya,ruang serba guna, kafteria, mushola, laboratorium, perpustakaan, komputer, internet dan lain sebagainya.
2. Pengelolaan dan Layanan Siswa
Seperti telah diungkapkan terdahulu, siswa adalah costumer primer layanan pendidikan. Sebagai costumer, para siswa sepatutnya memperoleh kepuasan. Kepuasan tersebut menyangkut;(1) mutu layanan yang berkaitan dengan kegiatan belajarnya, (2) mutu layanan dalam menjalani tugas-tugas perkembangan pribadinya, sehingga mereka lebih memahami realitas dirinya dan dapat mengatasi sendiri persoalan-persoalan yang dihadapinya, dan (3) pemenuhan kebutuhan kemanusiannya (dari kebutuhan dasar, rasa aman, penghargaan, pengakuan dan aktualisasi diri). Untuk menjamin layanan tersebut, sekolah yang efektif akan menyediakan layanan bimbingan konseling dan sistem informasi yang menunjang. Demikian pula layanan untuk mememuhi bakat dan minat anak dalam bentuk pengembangan program-program extra kurikuler mendapat perhatian yang berarti. Dalam kondisi seperti disebutkan, sekolah yang efektif memiliki siswa yang disiplin dengan motivasi belajar yang tinggi.

3. Sarana dan prasarana sekolah
Sarana dan prasarana atau disebut sebagai fasilitas sekolah mencakup, gedung, lahan dan peralatan pelajaran. Aspek penting dari gedung tersebut adalah kualitas fisik dan kenyamanan ruang kelas di mana “core bussiness” pendidikan di sekolah diselenggarakan. Aspek lain dari gedung adalah kualitas fisik dan kenyamanan ruang manajemen (ruang kerja kepala sekolah dan layanan administratif), ruang kerja guru, ruang kebersamaan (common room), dan fasilitas gedung lainnya seperti kafetaria, toilet, dan ruang pentas. Lahan sekolah yang baik ditata sedemikian rupa sehingga menciptakan kenyamanan bagi penghuninya. Sekolah yang efektif seperti buku-buku pelajaran dan sumber belajar lainnya yang relevan, alat-alat pelajaran dan peraga yang mendukung kurikulum sekolah sangat diperhatikan. Seluruhnya peralatan pengajaran tersebut, digunakan secara optimal sesuai dengan fungsi-fungsinya.

4. Program dan pembiayaan
Sekolah yang efektif memiliki perencanaan strategik dan tahunan yang dipatuhi dan diketahui oleh masyarakat sekolah. Kepemilikan perencanaan strategik sekolah membantu mengarahkan dinamika orientasi sekolah yang dibimbing visi, misi, kejelasan prioritas program, sasaran dan indikator keberhasilannya. Perencanaan tahunan merupakan penjabaran dari perencanaan strategik yang berisi program-program berisi program-program operasional sekolah. Program-program tersebut, didukung oleh pembiayaan yang memadai dengan sumber-sumber anggaran yang andal dan permanen. Kebijakan dan keputusan yang menyangkut pengembangan sekolah tersebut dilakukan dengan memperhatikan partisipatif staf dan anggota masyarakat sekolah (dewan/komite sekolah). Dalam kondisi seperti itu akuntabilitas kelembagaan sekolah, baik yang dilakukan melalui“self-assessment/ internal monitoring, maupun melalui “external evaluation” akan berkembang secara sehat karena semua fihak yang berkepentingan (stakeholder) mendapat tempatnya dalam setiap aspek pengembangan sekolah.

5. Partisipasi masyarakat
Di samping memberdayakan secara optimal staf yang dimilikinya, sekolah yang efektif akan menaruh perhatian yang sungguh-sungguh pula terhadap pemberdayaan masyarakat sekolah. Hal itu akan diwujudkan dengan cara menyediakan wadah yang memungkinkan mereka, yaitu pihak-pihak yang berkepentingan, ikut terlibat dalam memikirkan, membahas, membuat keputusan, dan mengontrol pelaksanaan sekolah. Wadah seperti itu, dalam penyelenggaraan sekolah-sekolah di Australia dikenal sebagai “school council”, yang di Indonesia diusulkan komite sekolah, orang tua murid, anggota masyarakat setempat (seperti tokoh agama, pengusaha, petani sukses, cendikiawan, politikus, dan sejenisnya),dan refresentatif staf dari Depdiknas setempat.

6. Budaya sekolah
Budaya sekolah merupakan tatanan nilai, kebiasaan, kesepakatan-kesepakatan yang direfleksikan dalam tingkah laku keseharian, baik perorangan maupun kelompok. Budaya sekolah dapat diartikan sebagai respon psikologis penghuni sekolah terhadap peristiwa kehidupan keseharian yang terjadi di sekolah. Budaya sekolah akan berpengaruh terhadap pencapaian misi sekolah apabila melahirkan respon psikologis yang postif dan menyenangkan bagi sebagian besar atau seluruh penghuni sekolah. Sebaliknya, budaya sekolah bersifat destruktif apabila melahirkan respon yang negatif atau kurang menyenangkan bagi sebagian besar atau seluruh penghuni sekolah. Budaya sekolah dalam pengertian ini sering diartikan sama dengan iklim sekolah, yaitu suasana kehidupan keseharian yang berlangsung di sekolah yang memberi pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap respon psikologis para penghuninya.

Uraian tersebut, memperkuat pemahaman bahwa sekolah sebagai institusi yang mempersiapkan sumber daya manusia unggul sudah selayaknya mempunyai kekuatan-kekuatan yang didukung indikator yang terukur termasuk masalah efektivitas. Efektivitas organisasi termasuk lembaga pendidikan, sangat erat kaitannya dengan kinerja organisasi itu sendiri, yang dibangun oleh kekuatan personil, kelompok dan organisasi secara totalitas.

DEFINISI ILMU TAUHID

Pengertian Ilmu Tauhid. Tauhid adalah aqidah. Aqidah berarti keyakinan. Keyakinan bahwa Allah itu Maha Esa. Aqidah juga berarti sebuah ikatan yang kuat antara manusia sebagai makhluk dengan Allah sebagai Khaliq. Ikatan yang kuat antara sesama manusia dalam satu keyakinan. Satu tauhid dan tauhid yang satu. Tauhid adalah Ath-thariqah. Ath-thariqah berarti jalan untuk memahami Keesaan Allah.

Jalan yang sesuai dengan kaidah – kaidah yang sudah digariskan Allah melalui ajaran Rasulullah Muhammad SAW.

Pemahaman tauhid yang benar ini sudah banyak berkembang dan kita hanya perlu mempelajari dan memahaminya saja melalui pemahaman – pemahaman yang sudah diamalkan oleh para sahabat nabi, para tabiin dan para wali Allah serta para ulama yang taat dan mengamalkan ilmunya serta selalu menyandarkan setiap amalannya kepada Al-Quran dan Hadist

Tauhid adalah Iman. Iman berati percaya dan mempercayai. Kepercayaan yang kuat dengan landasan rukun iman. Pengamalan rukun islam secara konsekuen dan seluruh hukum dan tata aturan yang disampaikan Allah melalui Rasulullah Muhammad SAW dalam bentuk Al-Quran dan Hadist.

Ilmu tauhid itu ilmu hati. Ilmu yang sebahagian besarnya lebih membutuhkan pemahaman dan keyakinan. Ilmu tauhid tidak memuat tata aturan peribadatan, tapi menjadi landasan dari pengamalan rukun islam dan ibadah – ibadah lainnya. Baik ibadah dalam hubungannya dengan Allah atau ibadah dalam hubungannya dengan sesama manusia atau akhlak mulia yang mengacu kepada aturan agama islam sebagai agama tauhid dan Al-Quran sebagai Kitab Tauhid.

Karena ilmu tauhid adalah ilmu hati yang sangat membutuhkan keyakinan pemahaman yang benar, maka tauhid akan menjadi rahasia antara hati dan tuhannya. Rahasia yang membangun komunikasi dua arah antara manusia sebagai pemilik hati dan Allah.

Apabila tauhid yang dipahami hati adalah tauhid yang salah, tentunya hati tidak akan bisa membangun komunikasi dengan Allah, karena jalan tauhid yang dipakai bukan jalan yang menuju hidayah Allah.

Tauhid yang benar adalah musuh utama iblis dan seluruh keturunannya, karena terjalinnya ikatan yang kuat antara manusia dan tuhannya akan menjadi benteng yang sangat kokoh dalam menangkal segala bentuk godaan dan tipu daya iblis yang bertujuan menghancurkan dan menggiring menusia menuju kelembah kehinaan dan penyesalan.

Karena tauhid yang benar adalah musuh iblis, maka dalam pembelajaran tauhid yang benar sangat rentan disusupi oleh iblis. Iblis akan membelokkan tauhid dengan cara membisikkan ke dalam hati melalui nafsu, sehingga terjadi pengingkaran terhadap tauhid itu dan atau mencampur adukkan antara tauhid dan nafsu duniawi yang sesat

Dilihat dari macamnya. ilmu tauhid itu dapat dibagai atas tiga macam yaitu :

1. Tauhid Rububiyah

Tauhid Rububiyah. Tauhid Rububiyah melihat dari asal katanya ar-rabb yang berarti mengmbangkan sesuatu dari suatu keadaan pada keadaan yang lain sampai mencapai kedaan yang sempurna. Dan tidak disebut sendirian kecuali untuk Allah dan apabila ditambahkan kepada kalimatyang lain,maka hal itu bisa untuk Allah

Jadi tauhid Rububiyah berarti tauhid yang menyakini bahwa Allah adalah tuhan. Tuhan Yang Maha Pencipta dan segala perbuatan – perbuatanNya. Pengakuan ini harus tertanam dari dalam diri. Allah telah menciptakan bumi dan langit dan apa – apa yang berada diantara keduanya. memiliki, merencanakan, menciptakan, mengatur, memelihara serta menjaga seluruh Alam Semesta.

Pengakuan ini harus tertanam dalam hati secara sadar. Baik pengakuan yang terlahir melalui kajian – kajian yang berdasarkan akal budi ataupun pengakuan yang tumbuh sebagai akibat ketaatan dan ketekunan ibadah yang ikhlas karena Allah

2. Tauhid Uluhiyah

Tauhid Uluhiyah. Tauhid Uluhiyah yaitu tauhid yang mengesakan Allah dengan perbuatan – perbuatan hambaNya atau mengesakan Allah melalui niat dan ibadah yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah semata.

Pendekatan diri dengan tauhid uluhiyah ini adalah dengan melakukan amal ibadah yang diyariatkan seperti shalat, puasa, berdo’a thawaf, Qurban, pengharapan, takut, senang, tawakal dan lain sebagainya yang kesemuanya itu berasal dari Allah dan untuk Allah semata.

Tauhid Uluhiyah ini mensyaratkan adanya tauhid rububiyah. Tanpa tauhid rububiyah, maka tauhid huluhiyah akan batal karena pengesaan Allah melalui perbuatan – perbutan hamba adalah setelah hamba tersebut menghayati dan memahami seluruh perbutan – perbutan Allah yang telah menciptakan hambaNya tersebut. Atau merupakan konsekuensi dari keimanan terhadap rububiyahNya.

Tauhid Huluhiyah inilah yang selama ini menjadi pertentangan antara orang –orang kafir dengan seluruh nabi dan rasul yang diutus Allah. Pertentangan itu disebabkan tauhid huluhiyah inilah inti dari dakwah para nabi dan rasul terdahulu.

3. Tauhid Asma wa Sifat

Tauhid Asma wa Sifat. Tauhid Asma wa Sifat yaitu mengesakan Allah melalui pengakuan dan penghayatan tentang nama – nama dan sifat Allah yang didasarkan kepada Al-Quran dan Hadist Rasulullah

Tauhid ini merupakan penafsiran dari pensifatan Allah ataupun penafsiran atas Zat Allah melalui pensifatan rasulullah. Pensifatan ini harus tidak keluar dari prinsip dasar kajian ilmu tauhid bahwa, Allah tidak memberikan pengetahuan kepada manusia tentang ZatNya, tetapi manusia bisa mengenal Allah melalui sifta- sifat dan perbuatanNya

Pensifatan Allah harus bebas dari penafsiran – penafsiran yang mengandung penyimpangan seperti pemahaman penafsiran serba tuhan atau penyatuan diri manusia sebagai makhluk yang diciptakan dengan Allah sebagai tuhan yang menciptakan manusia dan pensifatan Allah juga harus bebas dari tamsil atau pengibaratan atau menyerupakan Allah dengan makhluknya. Bebas dari Visualisasi atau penggambaran tentang Allah

Tiga macam tauhid ini bukan merupakan bagian yang berdiri sendiri, tetapi ketiga macam tauhid tersebut ( tauhid rubbubuiiyah, tauhid uluhiyah dan tauhid asma wa sifat ) merupakan satu kesatuan yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Sehingga tiga macam tauhid ini merupakan rangkaian segitiga tauhid yang saling melengkapi dan saling menguatkan.

Apabila satu dari sisi segitiga tauhid tersebut runtuh,maka segitiga tersebut juga akan hancur. Tauhid akan hancur. Apabila salah satu sisi dari segitiga tersebut rusak,maka segitigatersebut akan rusak, Tauhid yang dipahami dan diyakini menjadiakan rusak pula